Translate PLEASE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 27 Desember 2011

TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI
(Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH
DENGAN MENGGUNAKAN GELATIN
SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
SKRIPSI
Oleh :
ASEPSIA YUSIANDRE
K 100 040 179
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2008
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan tanaman tradisional sebagai bahan obat di indonesia cenderung
mengalami peningkatan. Namun penggunaan tanaman tradisional sebagai bahan obat
mengalami keterbatasan dalam jumlah bahan yang dibutuhkan, penentuan dosis, dan
juga segi kepraktisan.
Produk berbahan herbal yang selalu menarik untuk ditelaah adalah herbal
medicine atau obat-obatan berbahan tumbuhan. Minat pada akan tumbuhan obat yang
beraroma kini yang sedang digalakkan dalam industri farmasi. Salah satu tumbuhan
obat itu adalah kemangi, yang dikenal sebagai salah satu sayuran segar yang dapat
dimakan segar sebagai lalapan (Hutapea, 1994).
Kemangi (O. sanctum L.) sebagai bahan aktif dalam jamu-jamu yang
memiliki efek antara lain menghilangkan bau badan dan bau mulut, anastesi,
membantu mengatasi ejakulasi dini, dan lain-lain. Kemangi mengandung sejumlah
unsur bahan kimia, yang diketahui sangat efektif untuk beberapa penyakit
diantaranya adalah antikarsinogenik, antelmintik, pencegah infeksi, antirheumatik,
antistress, dan antibakterial (Dharmani and Palit, 2006). Salah satu senyawa kimia
yang kemungkinan berefek antibakteri adalah flavonoid (Soria, 2006). Dan telah
banyak diketahui kemangi juga menghandung minyak atsiri yang lazim juga berefek
sebagai antibakteri.
2
Pemakaian kemangi untuk pengobatan saat ini adalah sangat sederhana,
yaitu salah satunya dengan cara mengunyah dan memakan daun kemangi dengan
tujuan menghilangkan rasa tidak sedap didalam mulut. Cara pemakaian seperti ini
kurang begitu nyaman dan praktis, oleh karena itu diperlukan inovasi baru untuk
sediaan obat tersebut. Salah satunya adalah dengan membuat tablet hisap ekstrak
kemangi yang dapat memberikan kemudahan, kenyamanan, sekaligus
mengoptimalkan khasiat dan kegunaan kemangi itu sendiri.
Tablet hisap dipilih karena sebagai salah satu inovasi baru untuk merintis
jalan bagi pengembangan obat-obat tradisional, bentuk sediaan ini diharapkan dapat
disukai karena mudah dalam penyimpanan dan mudah dalam penggunaannya.
Bentuk sediaan ini juga diharapkan dapat memberikan takaran dosis zat aktif yang
lebih tepat dan benar.
Inti dari penelitian ini adalah mencari formula yang paling baik dalam
pembuatan tablet hisap ekstrak kemangi secara granulasi basah, dengan
menggunakan gelatin sebagai bahan pengikatnya. Metode granulasi basah dipilih
karena mempunyai beberapa keunggulan antara lain adalah dengan terbentuknya
granul akan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas bahan sehingga menjadi lebih
mudah di tablet dan juga mempunyai keuntungan diantaranya adalah metode baik
digunakan untuk bahan yang tahan terhadap suhu pemanasan (Banker and Anderson,
1986).
Tablet hisap yang berkualitas baik adalah yang memiliki tingkat kekerasan
yang cukup tinggi, karena sediaan ini akan menghasilkan efek lokal pada mulut
sehingga diperlukan tablet yang cukup keras dan tidak mudah larut dalam mulut. Dan
3
untuk itu diperlukan bahan pengikat yang benar-benar bagus untuk menghasilkan
tablet hisap yang memenuhi syarat-syarat tersebut.
Gelatin merupakan suatu bahan yang mempunyai potensi besar sebagai bahan
pengikat granul. Kenaikan konsentrasi larutan gelatin sebagai bahan pengikat,
meningkatkan kekerasan tablet dan memperlama waktu melarut tablet. Gelatin
merupakan protein alam yang mempunyai sifat lebih konsisten dibanding gom alam
seperti akasia dan tragakan, gelatin lebih mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan
dan tablet yang terbentuk mempunyai kekerasan yang bagus (Banker and Anderson,
1986).
Tablet hisap ini dibuat dengan menggunakan bahan pengikat gelatin dengan
berbagai variasi konsentrasi. Pada umumnya gelatin digunakan sebagai bahan
pengikat pembuatan tablet hisap, karena sifat dari gelatin yang hampir tidak
mempunyai rasa dan bau (Irwadi, 2007).
Salah satu sifat unik dari gelatin adalah ia akan meleleh ketika dipanaskan
dan akan mudah menjadi padat kembali apabila didinginkan. Bersama-sama dengan
air ia akan dengan mudah membentuk gel koloid semi-padat. Jelly yang dibuat dari
gelatin mempunyai tekstur yang meleleh di dalam mulut untuk kemudian
mengeluarkan semua cita rasa yang dikandungnya (Irwadi, 2007).
Oleh sebab itulah perlu dibuat suatu sediaan tablet hisap ekstrak kemangi
dengan menggunakan bahan pengikat gelatin yang merupakan bahan pengikat yang
memenuhi syarat untuk pembuatan tablet hisap sehingga dihasilkan tablet hisap
ekstrak kemangi yang mempunyai sifat fisik yang baik.
4
B. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak
kemangi dapat dibuat tablet hisap dengan bahan pengikat gelatin dan bagaimana
pengaruh konsentrasi gelatin sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet hisap?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah ekstrak kemangi dapat
dibuat tablet hisap dengan bahan pengikat gelatin yang memenuhi persyaratan
farmakope dan kepustakaan yang ada dan mengetahui pengaruh konsentrasi gelatin
sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Karakteristik Tanaman Kemangi ( O. sanctum L. )
a. Klasifikasi Tanaman Kemangi ( O. sanctum L. )
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klassis : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : O. sanctum L. (Hutapea, 1994).
b. Nama daerah tumbuhan
Sunda : Lampes
5
Madura : Kemangi (Jawa)
Bali : Uku-uku
Ternate : Lufe-lufe
c. Deskripsi
Kemangi (O. sanctum L.), berupa tanaman semak, semusim, dengan tinggi 30-
150 cm. Sedangkan batangnya memiliki ciri berkayu, segi empat, memiliki alur dan
cabang, berbulu, serta berwarna hijau. Daun memiliki ciri tunggal, ujung runcing,
tepi bergerigi, menyirip, lebar 3-6 mm (Hutapea, 1994).
d. Kandungan kimia
Daun O. sanctum L. di samping mengandung minyak atsiri juga mengandung
saponin, flavonoida dan tanin. Sedang bijinya mangandung saponin, flavonoida dan
polivenol (Hutapea, 1994). Flavonoid yang terisolasi dalam kemangi tersebut antara
lain vicenin, galutenolin, cirsilineol. Flavonoid merupakan salah satu senyawa hasil
isolasi dari kemangi (Hiltunen and Holm, 1999).
e. Khasiat
Daun O. sanctum L. berkhasiat sebagai peluruh air susu ibu, sebagai obat
penurun panas dan memperbaiki pencernaan. Untuk pelancar air susu ibu dipakai
kurang lebih 25 gram O. sanctum L. segar, dicuci dan dimakan mentah sebagai lalap
(Hutapea, 1994).
Di dalam sari kemangi sendiri terkandung flavonoid yang berfungsi sebagai
zat antibakteri (Soria, 2006). Sehingga dengan mengkonsumsi kemangi segar mampu
menghilangkan bau serta menyegarkan mulut.
6
2. Tinjauan Tentang Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa siperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Anonim, 1979).
Berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dibagi menjadi empat, yaitu : ekstrak
encer,ekstrak kental, ekstrak kering, dan ekstrak cair.
a. Ekstrak encer (Extractum tenue)
Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang.
b. Ekstrak kental (Extractum spissum)
Sediaan liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya
berjumlah sampai dengan 30%.
c. Ekstrak kering (Extractum siccum)
Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan. Melalui
penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu
produk, yang sebaliknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
d. Ekstrak cair (Extractum fluidum)
Dalam hal ini dapat diartikan sebagai ekstrak cair, yang dibuat sedemikian
rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian (kadang-kadang juga satu
bagian) ekstrak cair (Voigt, 1971).
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang
sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan
7
awal dianalogkan dengan komoditi bahan baku obat yang dengan teknologi
fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara berarti masih
menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal
ataupun tetap sebagai campuran dengan ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi
yang berarti ekstrak yang berada dalam sediaan obat jadi siap digunakan oleh
penderita (Anonim, 2000).
a. Metode pembuatan ekstrak
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi,
perkolasi, soxhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti :
sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode
ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
1) Maserasi
Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain.
Sepuluh bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam
bejana, lalu dituangi 75 bagian caiaran penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
terlidung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai,
ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai,
sampai diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Setelah itu, sari dipekatkan
dengan cara diuapkan pada tekanan rendah dan suhu 500 C hingga konsentrasi yang
dikehendaki (Anonim, 1986).
Maserasi merupakan proses yang paling tepat dimana bahan obat yang sudah
halus memungkinkan untuk direndam dalam cairan penyari hingga meresap dan
8
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat akan melarut. Proses ini dilakukan dalam
bejana bermulut lebar, ditutup rapat dan isinya dikocok berulang-ulang lalu disaring.
Proses ini dilakukan pada suhu 15-200 C selama tiga hari sampai bahan larut (Ansel,
1989).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Anonim, 1986).
2) Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan,
daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler dan daya
geseran (friksi) (Anonim, 1986).
3) Soxhletasi
Soxhlet merupakan penyempurnaan alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke
atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak.
Cairan turun ke labu melalui tabung berisi serbuk simplisia. Adanya sifon,
mengakibatkan seluruh cairan akan kembali ke labu (Anonim, 1986).
3. Tinjauan Tentang Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet
dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
hancurnya dan aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya (Ansel, 1989).
9
Tablet adalah sediaaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat
pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979).
Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan : mempunyai ketepatan dosis,
praktis dalam penyajiannya, biaya untuk produksi yang murah, mudah dalam
pengemasannya, tahan untuk penyimpanan jangaka panjang, mudah untuk dibawa
kemana-mana, mempunyai bentuk tablet yang mengikat (Banker and Anderson,
1986).
a. Metode Pembuatan Tablet
Pembuatan tablet hisap dapat dilakukan seperti pada pembuatan tablet pada
umumnya, ada tiga yaitu :
1) Metode Granulasi Basah
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan
tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : menimbang dan mencampur
bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, menyaring granul basah menjadi butiran
yang lebih halus, pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan
pelicin dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
Popularitasnya dikarenakan kemungkinannya yang lebih besar bahwa
granulasi tersebut akan memenuhi syarat-syarat fisik untuk tablet-tablet kompresi
yang bagus (Remington, 1995).
10
2) Metode Granulasi Kering
Metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban atau penambahan
bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan
massa dalam jumlah yang besar dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil.
Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode
granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).
3) Metode cetak langsung
Istilah cetak langsung berlaku untuk proses umum pada pembuatan tablettablet
yang dikompresi ketika tidak ada perlakuan pendahuluan atau hanya perlakuan
kecil yang dibutuhkan sebelum memasukkan bahan ke dalam mesin tablet. Beberapa
bahan mempunyai karakteristik pengaliran bebas dan pengikatan yang penting
(Remington, 1995).
Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium
klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet
tanpa memerlukan granulasi basah atau granulasi kering (Ansel, 1989).
Secara umum tujuan dari granulasi adalah memperbaiki keseragaman
distribusi zat berkhasiat, memperbaiki sifat alir dari bahan-bahan yang digunakan
dan membantu pengikatan antar granul dalam proses penabletan (Carstensen, 1977).
11
b. Bahan Tambahan Tablet
Dalam pembuatan tablet selain zat aktif juga digunakan bahan tambahan yang
inert, yang dicampur bersama bahan obatnya. Bahan pembantu tablet harus bersifat
netral, tidak berbau, tidak berasa, dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1971).
Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa :
1) Bahan pengisi
Pengisi diperlukan jika dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pada obat
yang berdosis cukup tinggi, bahan pengisi tidak diperlukan lagi (misal : aspirin,
antibiotik tertentu) (Banker and Anderson, 1986).
Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan : bahan yang digunakan untuk
bahan pengisi tersebut tidak menimbulkan ketoksikan bila dikonsumsi, tersedia
banyak dipasaran (tidak sulit untuk dicari), mempunyai harga yang terjangkau atau
murah, tidak memiliki kontraindikasi dengan bahan lain yang sama-sama digunakan
dalam suatu formula sediaan, dan harus mempunyai sifat inert secara fisiologis.
Selain itu bahan pengisi harus stabil secara fisik dan kimia baik dalam kombinasi
dengan berbagai obat atau komponen tablet lain, bebas dari segala macam atau jenis
mikroba, dan mudah bercampur dengan bahan pewarna yang digunakan. Jika obat
yang dibuat dalam formulasi ini termasuk bahan makanan (produk-produk vitaminvitamin
tertentu) maka bahan-bahan yang digunakan harus mendapat persetujuan
sebagai bahan adiktif pada makanan, dan tidak boleh mengganggu bioavailabilitas
obat (Banker and Anderson, 1986).
Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain : laktosa, sukrosa, amilum,
kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa, dan bahan lain yang
cocok (Banker and Anderson, 1986).
12
2) Bahan pengikat
Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi
basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang
dicetak langsung (Banker and Anderson, 1986).
Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa
granul yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang
dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan
pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan rapuh dan
terjadi capping (Parrott, 1971).
Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah : gelatin 10%, glukosa 50%,
metilselulosa 2%, air, akasia 10%, alkohol 50%, PVP 10% dalam air dan alkohol,
dan sorbitol 10% dalam air.
3) Bahan pemberi rasa dan pemanis
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa yang
dirasa mulut saat menghisap tablet sangat terkait dengan penerimaan konsumen
nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produk. Dalam
formula tablet hisap, bahan perasa yang digunakan biasanya juga merupakan bahan
pengisi tablet hisap tersebut, seperti mannitol (Peters, 1980).
4) Bahan pelicin
Zat pelicin ditambahkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya
digunakan talk 5%, magnesium stearat, asam stearat (Anief, 2000).
13
c. Masalah dalam pembuatan tablet
Pada pembuatan tablet sering timbul masalah-masalah yang menyebabkan
tablet yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan kualitas, masalah-masalah
tersebut antara lain :
1) Capping dan lamination
Capping adalah keadaan yang menggambarkan bagian atas atau bawah tablet
terpisah sebagian atau seluruhnya. Lamination adalah keadaan tablet terbelah
menjadi dua lapis atau lebih. Keadaan ini disebabkan oleh adanya udara yang ikut
dikempa.
2) Picking dan sticking
Picking adalah keadaan yang menggambarkan sebagian permukaan tablet
menempel pada permukaan punch. Sticking adalah adanya granul yang melekat pada
die atau permukaan punch.
3) Motling
Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet,
disebabkan perbedaan obat atau hasil uraiannya dengan bahan tambahan, juga karena
terjadinya migrasi obat selama pengeringan atau adanya bahan tambahan berupa
larutan berwarna yang tidak terbagi merata (Banker and Anderson, 1986).
d. Kontrol Kualitas Granul
Sifat alir granul memegang peranan penting dalm pembuatan tablet, dapat
ditetapkan dengan cara :
14
a) Waktu Alir
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Kecepatan alir granul dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel,
kondisi permukaan, kelembaban granul, dan penambahan bahan pelicin. Apabila
granul mempunyai sifat alir yang baik maka pengisian pada ruang kempa akan
menjadi konstan, sehingga sediaan yang dihasilkan mempunyai bobot yang seragam
(Parrott, 1971).
b) Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel berbentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan kelembapan granul dan serbuk. Granul atau serbuk yang
mempunyai sudut diam > 40 biasanya mempunyai sifat alir yang kurang baik.
c) Pengetapan
Pengetapan menunjukkan penurunan volume granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Semakin kecil persentase indeks
pengetapan semakin baik sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan
kurang dari 20% mempunyai sifat alir yang baik (fassihi and Kanfer, 1986).
e. Pemeriksaan Kualitas Tablet
1) Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot tablet dapat diketahui dengan menghitung banyaknya
tablet yang menyimpang dari bobot tablet rata-rata yang diperbolehkan. Pada tablet
tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut : untuk 20 tablet, dihitung bobot rata-ratanya. Jika ditimbang satu-persatu,
15
tidak boleh 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
lebih besar dari harga yang ditetapkan dikolom A, dan tidak satupun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencakupi 20 tablet maka dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang
menyimpang lebih besar menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dikolom
A, dan tidak satu tabletpun yang menyimpang lebih besar dari bobot rata-ratanya dari
harga yang ditetapkan kolom B. Keseragaman bobot untuk tablet tidak bersalut
dengan bobot rata-rata lebih dari 300 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
penyimpangan bobotnya lebih dari 10% dihitung dari bobot rata-rata tablet (anonim,
1979).
Tabel 1. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet
Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang
26 mg s/d 150 mg
151 mg s/d 300 mg
Lebih dari 300 mg
15 %
10 %
7,5 %
5 %
30 %
20 %
15 %
10 %
Keseragaman bobot tablet disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a) Ukuran dan distribusi ukuran partikel atau granul yang akan ditablet. Pada
pengisian ruang kempa dengan volume yang sama dengan granul yang
ukurannya berbeda akan dihasilkan berat tablet yang berbeda.
b) Sifat alir granul mempengaruhi keseragaman bobot tablet. Bila granul tidak
mengalir baik, maka tablet akan seragam bobotnya (Banker and Anderson,
1986).
16
2) Kekerasan
Kekerasan tablet merupakan ketahanan tablet selama proses pengemasan,
penyimpanan, pengangkutan dan pendistribusian. Tablet hisap yang berkualitas
mempunyai kekerasan 7-14 kg, nilainya lebih tinggi dari kekerasan tablet biasa
karena tablet hisap harus dapat melarut lambat di rongga mulut (Cooper dan Gunn,
1975).
3) Kerapuhan atau friabilitas
Kerapuhan merupakan ketahanan tablet terhadap adanya tekanan mekanik
terutama goncangan atau terjadinya pengikisan akibat tekanan tersebut. Kerapuhan
tablet yang berkualitas tidak boleh lebih dari 0,5-1% (Banker dan Anderson, 1986).
4) Waktu melarut
Tablet hisap dimaksudkan untuk memberi efek lokal pada mulut atau
kerongkongan dan umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau
untuk mengurangi batuk pada influenza, dan dapat juga dimaksudkan untuk
diabsorbsi secara sistemik setelah ditelan. Tablet hisap dirancang agar tidak hancur
di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis secara perlahan dalam waktu 30
menit atau kurang (Banker and Anderson, 1986).
5) Uji tanggapan rasa
Uji tanggapan rasa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan
masyarakat (responden) terhadap rasa dari tablet hisap yang diformulasikan. Uji
respon rasa ini dibagi menjadi 2 yaitu uji terhadap rasa tablet hisap dan formula yang
dapat diterima oleh responden. Tanggapan rasa dikelompokkan dari tingkat manis,
17
sedang, tidak berasa dan pahit. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel menurut
persentase responden dengan tanggapan yang diberikan (Nugroho, 1995).
6) Uji Parameter Spesifik KLT
Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan fisikokimia dimana
fase diam terdiri dari butir-butir pada penyangga pelat gelas logam atau lapisan yang
cocok. Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pilihan untuk pemisahan
semua kandungan yang larut dalam lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana,
klorofil (Harbone, 1987). Teknik kromatografi lapis tipis menggunakan suatu
adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng kaca sebagai fase diam dan
pengembangan kromatogram terjadi ketika fase gerak terlapis melewati adsorben itu
(Bassett dkk, 1994). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembengan),
selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi (Stahl,
1985). Kelebihan penggunaan metode kromatografi lapis tipis ini antara lain : jumlah
cuplikan dan pelarut yang digunakan sedikit, peralatan sederhana, dan murah (Gritter
dkk, 1991). Selain itu metode ini juga memiliki ketajaman pemisahan yang lebih
besar dan kepekaan tinggi ( Basset dkk, 1994).
Identifikasi analisis dengan metode KLT berdasarkan harga Rf, dimana harga
Rf sendiri dapat didefinisikan sebagai berikut :
18
f. Tablet Hisap
Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnya sebagai bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat tablet
melarut atau hancur perlahan dalam mulut (Anonim,1995).
Dari definisi tablet hisap di atas dapat disimpulkan bahwa tablet hisap
merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung sebagian besar gula dan gum
memberikan kohesivitas dan kekerasan yang tinggi dan dapat melepaskan bahan obat
dengan lambat. Biasanya digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan
tenggorokan, menyembuhkan batuk dan sakit tenggorokan. Zat aktifnya terdiri dari
antiseptik, anastetik lokal, anti inflamasi dan antifungi. Kandungan gula dan gom
yang tinggi menghasilkan larutan yang lengket di mulut yang menyebabkan
pengobatan tetap pada permukaan yang terkena (Cooper and Gunn,1975).
Pada umumnya tablet hisap dibuat dengan cara menggabungkan obat dalam
suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma yang menarik. Lozenges
biasanya dapat dibuat dengan mengempa tapi biasanya dibuat dengan cara peleburan
atau dengan proses penuangan kembang gula, sedangkan troces dibuat dengan cara
mengempa seperti membuat tablet pada umumnya. Karakteristik dari kedua tablet ini
adalah tidak hancur di dalam mulut, melainkan larut atau terkikis secara perlahanlahan
dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Banker and Anderson, 1986).
Lozenges mempunyai bentuk yang bervariasi, bentuk paling umum adalah
pipih, bulat, oktagonal dan bentuk bikonvek. Ada dua tipe yang secara luas
digunakan yaitu hard candy lozanges dan compressed tablet lozanges (Peters, 1980).
19
1) Hard candy lozanges
Hard candy lozanges adalah suatu sediaan yang terdiri dari campuran gula
dan karbohidrat dalam bentuk amorf atau kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula
padat yang secara umum mempunya kandungan air 0,5-1,5 %. Bahan dasar hard
candy lozanges adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula pereduksi,
asidulan (pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat serta bahan obat.
2) Compressed tablet lozanges
Compressed tablet lozanges adalah tablet hisap yang pembuatannya seperti
tablet pada umumnya, perbedaan dengan tablet kempa biasa yaitu pada bahan dasar,
waktu hancur penyimpanan tablet, dan granulasi yang berhubungan dengan diameter
dan ukuran tabletnya. Compressed lozanges yang mempunyai aktivitas pada
membran mukosa mulut dan kerongkongan, berdiameter 0,625-3,4 inci dan kisaran
berat tablet 1,5-4 gram, diformulasi untuk hancur secara lambat, seragam dan lembut
dalam rentang waktu 5-10 menit. Bahan utama tablet adalah gula, bahan pengikat,
pengaroma, pewarna, pelicin dan bahan obat (Peters, 1980).
g. Monografi Bahan Formulasi Tablet Hisap
1) Gelatin
Gelatin berupa lembaran, kepingan, potongan, atau serbuk kasar sampai
halus, kuning lemah atau coklat terang. Warna gelatin bervariasi tergantung ukuran
partikelnya, larutan berbau lemah seperti kaldu, jika kering stabil diudara, tapi
mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan (Anonim, 1995).
Umumnya gelatin digunakan pada kebanyakan formulasi sediaan farmasi
yaitu produk oral dan parenteral, gelatin digunakan sebagai : coating agent, filmformer,
gelling agent, suspending agent, tablet binder, viscosity-increased agent.
20
Gelatin kering stabil pada air, dan mempunyai rentang PH antara 3,8-7,6 (Rowe dkk,
2003).
Fungsi utama gelatin di dalam industri adalah untuk meningkatkan elastisitas,
konsistensi dan stabilitas produk pangan yang dihasilkan, bersama-sama dengan air
ia akan dengan mudah membentuk gel koloid semi-padat. Jelly yang dibuat dari
gelatin mempunyai tekstur yang meleleh di dalam mulut untuk kemudian
mengeluarkan semua cita rasa yang dikandungnya (Irwadi, 2007).
Gelatin pada pembuatan tablet mempunyai konsentrasi 2-7 % dari formula
tablet, pelarut yang digunakan yaitu air dan biasanya pada granulasi basah gelatin
dibuat solutio, musilago, atau suspensi (Sulaiman, 2007).
2) Manitol
Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5%
C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk hablur atau
granul mengalir bebas, tidak berbau, rasa manis. Mudah larut dalam air, larut dalam
larutan basa, sukar larut dalam piridina, dan sangat sukar dalam etanol, serta praktis
tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Manitol merupakan gula alkohol isomer optik
dari sorbitol. Manitol merupakan gula yang paling mahal yang digunakan sebagai
pengisi tablet, terutama pada tablet hisap. Bersifat larut dalam air, memberi rasa
manis dan dingin bila dihisap. Biasa digunakan untuk formulasi tablet multivitamin,
tidak higroskopis, rendah kalori (Rowe dkk, 2003). Manisnya manitol 0,5-0,7
manisnya sukrosa (Daruwala, 1975).
21
3) Aerosil
Aerosil merupakan bahan pengatur aliran yang dapat mengurangi
lengketnya partikel satu sama lain, dengan demikian gesekan partikel satu sama lain
sangat kurang. Aerosil dapat menarik lembab melalui silamol (dapat menarik lembab
hingga 40% dari massanya) dan meskipun demikian serbuk masih dapat
mempertahankan daya alirnya (Voigt, 1971).
4) Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran (Anonim, 1995).
5) Magnesium stearat
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium
stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8%
dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Pemerian serbuk halus, putih, bau lemak khas,
mudah melekat di kulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak larut dalam air, dalam
etanol, dan dalam eter (Anonim, 1995).
E. LANDASAN TEORI
Untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan pemakaian kemangi, pada
penelitian ini dibuat tablet hisap dari ekstrak kemangi. Pembuatan tablet hisap adalah
untuk dihisap secara pelan atau diulum dalam mulut, tidak dengan cara mengunyah
tablet tersebut. Sediaan tablet hisap biasanya memiliki aroma yang khas dan rasa
22
yang manis (Cooper dan Gunn,1975). Khasiat dari kemangi ini adalah sebagai
antibakteri pada mulut dan tenggorokan, serta penghilang bau badan dan bau mulut.
Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman kemangi adalah saponin, flavonoid,
polifenol dan tanin (Hutapea, 1994). Flavonoid inilah yang berkhasiat sebagai
antibakteri pada mulut dan tenggorokan (Soria, 2006).
Bahan pengikat dalam sediaan tablet hisap ini memiliki peran yang sangat
penting terhadap sifat fisik tablet hisap tersebut, pada dasarnya semakin tinggi
konsentrasi bahan pengikat akan menaikkan kekerasan dan menurunkan kerapuhan.
Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah
untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang
dicetak langsung (Banker and Anderson, 1986).
Gelatin merupakan suatu bahan yang mempunyai potensi besar sebagai bahan
pengikat granul. Kenaikan konsentrasi larutan gelatin sebagai bahan pengikat,
meningkatkan kekerasan tablet dan memperlama waktu melarut tablet. Gelatin
merupakan protein alam yang mempunyai sifat lebih konsisten dibanding gom alam
seperti akasia dan tragakan, gelatin lebih mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan
dan tablet yang terbentuk mempunyai kekerasan yang bagus (Banker and Anderson,
1986).
Widjaja (2005) membuktikan bahwa Mutu sifat fisik tablet hisap yang dibuat
dengan bahan pengikat gelatin lebih baik daripada tablet hisap yang dibuat dengan
bahan pengikat gom arab.
23
F. HIPOTESIS
Ekstrak kemangi dapat dibuat menjadi bentuk sediaan tablet hisap,
menggunakan bahan pengikat gelatin. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat
gelatin maka akan membentuk granul yang semakin baik, semakin baik pula
keseragaman bobot tablet hisap tersebut. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat
gelatin semakin tinggi pula kekerasan tablet, maka akan semakin rendah persentase
kerapuhan dan akan semakin lama waktu melarutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar